Panciku sayang

Baru kali ini aku malam-malam begini menemui puisi,
dengan diam-diam menanyakan dimana panci.
“Dia tadi pamit terjun ke jurang, katanya bokongnya panas habis kau tendang tadi siang.”

Ah, panci, kau ini.
kau kutendang siang hari, kau kusayang saat sendiri.
Hidungku rindu padamu di malam hari.

Rindu menyimpan ingus-ingus kristal biar badanku kembali sintal.
Rindu menanak anak-anak ingus biar pipiku kembali kurus.
Rindu melumuri bokongmu yang kutendang biar ingus tak pernah merasa kurang.
Rindu memasukkanmu ke kulkas biar ingus kristal semakin berkelas.
Rindu memanaskanmu di kompor biar ingusku bisa molor.
Rindu ….
….

Belum selesai dia bicara tiba-tiba di dinding-dinding puisi menggema teriakan panci sedang terjun ke lubang hidungnya.

3 Responses

  1. masih rasa ingus …
    wkwkwkwk…

  2. Ck Ck Ck..

    klo pilek dan ingusan minum obat sono..

    yang jualan:
    eslemon rasa pedes. ingus keluar semua…

  3. hihihihi

    I think I get what u mean..

    *soktahu*

    yang jualan:
    really?
    kerasa nggak, ingusnya?

Leave a comment