Archive for the ‘strawberrylove’ Category

Janji sepanjang jalan
May 1, 2010

Anak ingusan sedang sibuk mengusap ingus di pinggir jalan.
Putri ingusan sedang ribut mencari tisu yang jatuh di tengah jalan.

Tangan dan tisu saling berpapasan.

Jadilah dua makhluk ingusan berjalan
saling mengisak ingus sang pasangan
di sepanjang jalan.

(Mei 2010)

Dek
October 30, 2009

Sunflower

Dek,
makanan yang kau suapkan ke dalam mulutku kemarin tanpa kusadari sekarang sudah tumbuh mekar menjadi bunga matahari indah yang kini kuletakkan dalam pot di taman depan halaman rumah.

Bunga matahari itu begitu cantiknya hingga taman depan pun sekarang bersinar dengan terangnya. Dan hati begitu bergidik takut melihat matahari yang bersanding dengannya pun kalah dalam hal benderangnya.

Dan adalah kuku lentikmu yang selalu menjadi kunang-kunang yang menerangi bunga itu saat malam hari karena selalu kutanam dan kusimpan di saat dia pecah atau saat dia patah.

Tapi dek,
Aku tak tahu apakah bunga itu akan tetap bisa bertahan ketika suatu saat nanti dia tahu kalau tanah halaman ini sebenarnya sudah terlalu pecah-pecah karena oleh banyak orang, halaman ini sudah terlanjur disewa.

.

.

(Oktober 2009)

Bulan di secangkir kopi
August 22, 2009

Bulan di secangkir kopi lebih indah dari bulan di langit tinggi
Kepekatan riak mata buta yang mengenal cahaya

Bulan di secangkir kopi lebih indah dari bulan di langit tinggi
Kehausan tapi tak ingin tahu rasanya kehilangan

Bulan di secangkir kopi lebih indah dari bulan di langit tinggi
Kepahitan air mata dari mata yang dituduh buta

.
.
(Agustus 2009)

Jembatan baru
June 10, 2009

Waktu jalan-jalan ke Suramadu, apa kau masih ingat cita-citaku dulu waktu aku masih suka
mengisak ingus yang menggenangi hidungku?

Bersamamu aku ingin membangun jembatan baru. Membentang dari bulan kampung impianmu karena jadi astronot itu cita-citamu dulu, sampai ke Madura pulau garam agar bisa tergarami hidup dan hatimu yang selalu hambar, malang melintang tapi syukurlah tak jua menghitam.

Bersama jembatan itu aku ingin menghiburmu. Dengan pondasi yang memancang di lembut hatimu, kabelnya kan selalu bisa menarik-narik debar jantungku. Sebagai modal mengarungi samudera hidup baru dan mendahului perahu-perahu baru yang nyatanya cuma dari kayu yang berabu dan berbau asu. Kita namai jembatan itu dengan nama ‘Jembatan Bulan-madu’.

Mau tidak, sayangku?
Kuawali dengan
mengisak ingus yang menggenangi hidupmu.

Angin setahun lalu
March 6, 2009

Lagi-lagi aku bermimpi tentang segelas air putih yang beningnya terseduh dari terangnya langit ketika kau dan aku ada di sebuah koridor teduh di lantai tiga bangunan itu.

Kukira adalah angin yang menaburkan aromanya selain membelai rambutku dan kainmu, hingga semu merah pipimu pada akhirnya bersemu juga di pekat hitamnya hatiku setahun yang lalu.