Dek,
makanan yang kau suapkan ke dalam mulutku kemarin tanpa kusadari sekarang sudah tumbuh mekar menjadi bunga matahari indah yang kini kuletakkan dalam pot di taman depan halaman rumah.
Bunga matahari itu begitu cantiknya hingga taman depan pun sekarang bersinar dengan terangnya. Dan hati begitu bergidik takut melihat matahari yang bersanding dengannya pun kalah dalam hal benderangnya.
Dan adalah kuku lentikmu yang selalu menjadi kunang-kunang yang menerangi bunga itu saat malam hari karena selalu kutanam dan kusimpan di saat dia pecah atau saat dia patah.
Tapi dek,
Aku tak tahu apakah bunga itu akan tetap bisa bertahan ketika suatu saat nanti dia tahu kalau tanah halaman ini sebenarnya sudah terlalu pecah-pecah karena oleh banyak orang, halaman ini sudah terlanjur disewa.
.
.
(Oktober 2009)